Sabtu, 11 Februari 2012

Sejarah Dinasti Bani Umayyah

Sejarah Dinasti Bani Umayyah

(DINASTI BANI UMAYYAH (41-132 H / 661-750 M)
    
Biografi Mu’awiyah bin Abi Sufyan (pendiri Dinasti Umayyah)
Nama lengkapnya adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syam bin Manaf. Ia termasuk kalangan bangsawan Quroisy, pendiri dan kholifah pertama Dinasti Umayyah. Ia keturunan Abdul Manaf. Mu’awiyah memiliki hubungan keluarga dengan Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam. Ia lahir di zaman jahiliyah (pra Islam), dan baru memeluk Islam ketika penaklukan kota Makkah (Fathu Makkah), bersama tokoh-tokoh Quroisy lainnya. Sebelumnya Mu’awiyah adalah salah satu orang yang sangat memusuhi Islam, namun setelah masuk Islam banyak jasa-jasanya dalam membela agama Islam. dan dalam karier politiknya dimulai pada masa Khulafaur Rosyidin, ia diangkat sebagai panglima perang (632-661 M), ia ditugaskan untuk merebut wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari Kekaisaran Romawi yang menguasai kawasan itu sejak tahun 63 SM. Ia juga membantu Kholifah Abu Bakar dalam memerangi orang-orang murtad. Sedangkan pada masa Kholifah Umar bin Khottob dan Utsman bin Affan, ia diangkat menjadi gubernur di daerah Syam/Palestina

Sebab berdirinya Dinasti Umayyah
Setelah terbunuhnya kholifah Utsman bin Affan, semula Mu’awiyah sangat berambisi untuk menggantikan Utsman, tapi gagal karena Ali bin Abi Tholib telah dibai’at menjadi kholifah. Walupun demikian Mu’awiyah tidak kehabisan akal untuk menggoyang kepemimpinan Ali, ia menuntut pengusutan atas pembunuhan Utsman, namun kholifah Ali tidak segera mengindahkan seruannya itu. Dan juga kholifah Ali memecat beberapa gubernur yang diangkat di masa Utsman. Sehingga muncullah beberapa pemberontakan, yang salah satunya adalah pemberontakan dari pihak Mu’awiyah. Ketika kholifah Ali sudah hampir memenangkan perang melawan pemberontak Mu’awiyah, dengan cepat  dan licik kelompok Mu’awiyah itu mengusulkan gencatan senjata berupa tahkim (perundingan). Namun akibat dari perundingan ini mengakibatkan kekecewaan dan keluarnya sekelompok orang dari kesetiaan terhadap kholifah Ali (kelompok Khawarij), mereka keluar karena tidak setuju adanya perundingan dengan Mu’awiyah. Dan isi perundingan yang diajukan oleh Mu’awiyahpun dianggap merugikan pihak kholifah Ali, maka peperangan kedua antara Ali dan Mu’awiyah meletus kembali, sehingga pada akhirnya kemenangan jatuh ke tangan Mu’awiyah. Terutama karena kematian kholifah Ali oleh salah seorang pengikut Khawarij yang membunuh beliau. Kemudian pada awalnya ada upaya dari Hasan putera Ali untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, dan juga ada pihak-pihak yang menginginkan agar Hasan yang menggantikan posisi ayahnya. Namun Sayyidina Hasan merasa bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan dan kekuatan, sehingga pada akhirnya ia mengakui Mu’awiyah sebagai kholifah. Namun masa keholifahan setelah kholifah Ali bin Abi Tholib tidak lagi disebut sebagai Khulafaur Rosyidin, karena setelah masa itu jabatan kholifah tidak lagi melalui sistem demokrasi (melalui pemilihan), melainkan menggunakan sistem monarki (turun menurun).
 Kebijakan-kebijakan kholifah Mu’awiyah
1.    Perluasan wilayah Islam ke daerah timur, yaitu : Qoiqan, Perbatasan Sungai Nil, Bannah, Lahore, dan Khurasan, yang mayoritas saat ini berada di negara India.
2.    Perluasan wilayah Islam ke daerah barat, yaitu Byzantium (Romawi Timur) yang beribu kota Konstantinopel, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen Ortodpks Yunani, yang pengaruhnya mencapai hampir semua kawasan timur.
3.    Perluasan wilayah Islam ke Laut Tengah, dengan 1.700 kapal perang menyerbu pulau-pulau di sekitar Yunani, sehingga pulau Rhodesa dan Cyprus berhasil ditaklukkan.
4.    Penyerbuan ke Konstantinopel ke-1 (48 H/669 M).
5.    Penyerbuan ke Konstantinopel ke-2 (58 H/678 M). kota itu dikepung selama 2 tahun, namun setelah mendapat kabar kematian Mu’awiyah, maka pasukan Islam kembali ke Damaskus.
6.    Perluasan wilayah Islam ke Afrika Utara (50 H/671 M), yaitu : daerah Maroko (Maghribi), Tunisia, Kartago, dan kota Kairun.

Jasa-jasa kholifah Mu’awiyah
1.      Meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang kuat di daerah Syam (Syria).
2.      Menata administrasi pemerintahan dengan baik.
3.      Membentuk angkatan bersenjata (militer).
4.      Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
5.      Mendirikan percetakan uang, dan mendirikan pos surat.
6.      Membuat anjungan di dalam masjid, yang berguna sebagai pengaman.
7.      Mendirikan istana untuk kholifah.
Kholifah-kholifah Dinasti Umayyah di Suriah
1.        Mu’awiyah bin Abi Sufyan (41-60 H / 661-680 M).
2.        Yazid bin Mu’awiyah (60-64 H).
3.        Mu’awiyah bin Yazid (64-64 H).
4.        Marwan bin Hakam (64-65 H).
5.        Abdul Malik bin Marwan (65-86).
6.        Walid bin Abdul Malik (86-96 H).
7.        Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H).
8.        Umar bin Abdul Aziz (99-101 H).
9.        Yazid bin Abdul Malik (101-105 H).
10.    Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H).
11.    Walid bin Yazid (125-126 H).
12.    Yazid bin Walid (126-127 H).
13.    Ibrohim bin Walid (127-127 H).
14.    Marwan bin Muhammad (127-132 H / 745-750 M).
  
Kholifah-kholifah Dinasti Umayyah di Andalusia/Spanyol
1.        Abdurrahman I (139-172 H / 756-786 M).
2.        Hisyam I (172-180 H).
3.        Al-Hakam I (180-207 H).
4.        Abdurrahman II (207-238 H).
5.        Muhammad I (238-272 H).
6.        Mundzir I (273-275 H).
7.        Abdullah (275-300 H).
8.        Abdurrahman III (300-350 H).
9.        Al-Hakam II (350-366 H).
10.    Hisyam II (66-391 H).
11.    Muhammad II (391-400 H).
12.    Sulaiman (400-401 H).
13.    Hisyam III (401-404 H).
14.    Sulaiman (404-407 H).
15.    Abdurrahman IV (404-407 H).
16.    Abdurrahman V (409 H).
17.    Muhammad III (414-416 H).
18.    Hisyam IV (418-423 H / 1027-1031 M).
  
Usaha-usaha kholifah Walid bin Malik
1.      Menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi, baik di Yunani, Persia dan di Mesir.
2.      Meresmikan mata uang negara (77 H), berupa uang logam dengan tulisan kalimat Tauhid.
3.      Mengalahkan suku Barbar di Afrika Utara.
4.      Menaklukkan Andalusia/Spanyol, Barat Daya Eropa (711 M), di bawah pimpinan Thoriq bin Ziyad  melalui Selat Jibral Tar (Jabal Thoriq).
5.      Menaklukkan beberapa negara dan kota, yaitu : Transoxiana, Balkh, Sungai Oxux, kerajaan Shubhanyan, Bikund, Merv, Bukhoro, Samarkhand, Kush, Nasaf, Farghana, Khujanda, Turkistan dan Khashan. Dan juga ke wilayah China dan Sind (India).
  
Jasa-jasa kholifah Umar bin Abdul aziz
1.      Memerintahkan para ulama untuk membukukan Hadits Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam.
2.      Mengirim para ulama sebagai misi perdamaian ke India, Turki, dan raja-raja di Afrika.
3.      Mengirim buku-buku tentang Islam dan pengetahuan lainnya ke berbagai daerah.
4.      Menarik mundur pasukan Islam yang mengepung Konstantinopel, dan diganti dengan para mubaligh untuk menjelaskan tentang agama Islam.
5.      Membangun rumah-rumah sakit, jalan raya, hotel-hotel, pertanian dan pengairannya, menyediakan dana khusus untuk orang miskin, membangun masjid, dan lain sebagainya.

 Jasa-jasa kholifah Hisyam bin Abdul Malik
1.      Menata administrasi pemerintahan dan keuangan yang kuat dan dapat diandalkan.
2.      Membangun irigasi-irigasi untuk kepentingan pertanian dan air minum.
3.      Membangun pabrik-pabrik pakaian tentara dan senjata.
4.      Membangun usaha-usaha peternakan.

 Prestasi Dinasti Umayyah
1.      Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, seperti pengetahuan agama (ilmu Hadits, Nahwu, Tarikh, Qiro’at dan ilmu Tafsir). Pengetahuan umum (ilmu Kimia, Kedokteran, Geografi, peternakan dan ilmu Astronomi). Kesenian (Sastra, seni lukis, seni suara, seni pahat, seni sya’ir, seni pidato, dan seni bangunan/arsitektur).
2.      Kemajuan di bidang sosial, seperti mendirikan rumah sakit, rumah yatim piatu, panti jompo, pabrik-pabrik, gedung-gedung, jalan-jalan dan lain sebagainya.
3.      Kemajuan di bidang pemerintahan, seperti mengatur hukum kenegaraan, admistrasi pemerintahan, administrasi keuangan, dan lain sebagainya.
4.      Perluasan wilayah mencapai : Eropa, Afrika, dan Asia.
5.      Kemajuan di bidang kemiliteran.
6.      Kemajuan di bidang budaya, telah berhasil membangun masyarakat modern dan cerdas dengan menggunakan sistem Islam dan Arab.
Referensi : Muslim

0 komentar: